STRATEGI PENANGANAN KESALAHAN PENGAMBILAN CONTOH DAUN
(Studi Kasus di PT. Swakarsa Group, Kalimantan Timur)1
M. Zainal Aririn2, Aang Kuvaini3, Toto Suryanto4
1. Latar Belakang
Budidaya tanaman kelapa sawit secara umum bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi berupa tandan kelapa sawit secara optimal sesuai dengan potensi dan umur tanaman tersebut. Untuk mencapai hasil produksi yang optimal dipengaruhi oleh beberapa fakor seperti kwalitas bahan tanam, kesesuaian lahan, iklim dan pemeliharaan.
Pemeliharaan kelapa sawit dilakukan dengan cara menciptakan kondisi lingkunagan yang mendukung pertumbuhannya. Selain itu, pemeliharaan juga dilakukan dengan melakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah kandungan unsur hara di dalam tanah sehingga dapat diserap dan digunakan oleh tanaman dengan efektif sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengetahui kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat dilakukan dengan cara pengamatan keragaan tanaman dan dengan cara pengambilan conntoh daun kelapa sawit.
Pengambilan contoh daun merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan sekali dalam setahun dengan tujuan mengetahui status terakhir kandungan unsur hara yang ada di dalam tanaman. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar untuk menentukan dosis pupuk per tanaman dalam melakukan pemupukan 1 tahun ke depan. Kesalahn didalam pengambilan contoh daun ini, akan berdampak pada kesalahan dalam penentuan status kandungan unsur hara tanaman dan berujung pada kesalahan dalam pemberian rekomendasi pupuk.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan kajian khusus mengenai teknik pengambilan contoh daun di lapangan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan pada waktu melakukan pekerjaan tersebut di lapangan.
2. Tujuan
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui teknik penanganan kesalahan pengambilan contoh daun secara tepat di PT. Swakarsa Group.
3. Morfologi Daun Kelapa Sawit
Pengetahuan tentang daun kelapa sawit dan perkembangannya sangat penting bagi staf perkebunan. Pada daun itulah, terletak “pabrik” yang sebenarnya.
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut :
1. kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib).
2. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.
3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung kuncup dan memberi kekuatan pada batang.
Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurn. Namun, karena daun berkembang terus – menerus, sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut – serabut seludang menjadi robek dan
1. Bagian dari Laporan Praktek Kerja Lapangan, disampaikan pada seminar politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
2. Mahasiswa Program Studi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit
3. Pembimbing 1, Staf Pengajar Politeknik Citra Widya Edukasi
4. Pembimbing 2, Staf Pengajar Politeknik Citra Widya Edukasi
tercerai membentuk barisan duri (spine) sepanjang tepi – tepi petiole yang merupakan pangkal dari serabut tersebut (Pahan,2006).
Daun kelapa sawit mirip daun kelapa sayur (kopra) yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun – daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat serta pada daun yang sehat dan segar berwarna hijau tua. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efiktif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat, namun pada umumnya mencapai 20 – 24 helai/tahun.
4. Pelepah Kelapa Sawit
Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepah akan lebih panjang dibanding dengan tanaman yang masih muda. Saat tanaman berumur sekitar 10 – 13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m2 (Binama, 2005). Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik.
Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxsis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun. Perhitungan jumlah duduk daun dapat ditentukan dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 pelepah. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Arah duduk daun ini sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat pengambilan contoh daun.
5. Standar Operasional Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit
Pengambilan contoh daun pada tanaman muda sampai umur 1,5 tahun menggunakan daun pelepah ke-3 dan pada tanaman umur 1,5 – 2,5 tahun dipakai daun pelepah ke-9 sedangkan pada umur tanaman diatas 2,5 tahun dipakai daun pelepah ke-17. Pekerjaan pengambilan contoh daun ini harus dilakukan dengan hati-hati dan tim yang tetap hendaknya dibentuk pada setiap kebun atau afdeling. Pada umumnya pengambilan contoh daun hanya dilakukan sekali dalam setahun.
Pengambilan contoh daun bertujuan untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisa laboratorium, mengingat adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi buah segar kelapa sawit.
Dengan demikian kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya. Menurut Binama (2005), menyatakan bahwa cara pengambilan contoh daun di lapangan sangat mempengaruhi hasil analisa di laboratorium yang berujung pada tidak tepatnya dosis pupuk yang diberikan pada tanaman.
Contoh daun diambil pagi hari jam 07.00-12.00 dan dalam pengambilan contoh daun tidak dapat diambil pada waktu hujan turun atau sore hari. Kondisi dan waktu pengambilan contoh daun sangat penting karena akan berkaitan erat dengan kandungan unsur hara daun. Pengambilan contoh daun tidak dilakukan terlalu pagi (kurang dari jam 07.00), karena kondisi daun yang masih lembab yang disebabkan oleh embun pagi. Pengambilan contoh daun juga tidak dilakukan pada siang hari (diatas jam 14.00), diketahui telah terjadi pengumpulan hasil fotosintesis, sedangkan pada hari hujan, diperkirakan kadar air daun meningkat.
Untuk tanaman muda yang berumur 2-3 tahun contoh daun diambil dari pelepah ke-9, sedangkan pada tanaman berumur > 3 tahun contoh daun diambil dari pelepah ke-17. Didasarkan pada standar operasional pengambilan contoh daun di PT. Swakarsa Group (2010), dilakukan dengan cara :
1. Pemotongan pelepah daun contoh.
2. Kemudian dari pelepah ini, diambil helai daun pada titik ujung permukaan datar atas pelepah. Helai daun yang diambil adalah 2 (dua) helai pada bagian sebelah kiri dan 2 helai pada bagian kanan.
3. Sepertiga bagian dari ujung daun dan sepertiga bagian bawah dibuang dengan memotong pakai pisau/gunting. Bagian helai daun yang diambil adalah sepertiga bagian tengah dengan panjang ± 15 cm.
4. Helai daun yang diambil kemudian dibersihkan denan kain lap basah, jika permukaan daun kotor.
5. Lidi dari helai daun dibuang.
6. Helai-helai daun dari satu blok diikat dan dijadikan satu contoh. Contoh daun ini dimasukan kedalam kantong plastik.
7. Pada setiap kantong plastik yang berisi contoh daun, diberi label, dan dicantumkan :
a. Nama kebun f. Luas
b. No. KCD g. Tanggal pengambilan
c. Afdeling h. Pencatat
d. Nomor blok
e. Tahun tanam
8. Daun-daun ini harus dikeringkan pada hari itu dengan alat pengering (oven) yang mempunyai alat pengukur suhu dan sirkulasi udara. Pengeringan dilakukan dengan temperatur 800C selama 12 jam.
9. Daun-daun yang telah kering ini dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.
6. Strategi Penanganan Kesalahan Pengambilan Contoh Daun
Pada kegiatan pengambilan contoh daun di PT. Swakarsa Group masih, sering dijumpai kesalahan yang dilakukan oleh para pekerja. Kesalahan-kesalahan yang timbul lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia yang melakukan pekerjaan ini, seperti kurang pahamnya pekerja dalam menentukan pohon, pelepah dan daun contoh. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya kesalahan seperti yang telah dipaparkan diatas, maka langkah-langkah penanggulangannya adalah dengan melakukan seleksi pekerja, sosialisasi dan pengawasan kepada pekerja pengambilan contoh daun.
1. Seleksi pekerja
Kualitas tenaga kerja akan sangat mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan yang dilakukannya. Oleh sebab itu, pemilihan tenaga kerja yang berkualitas baik dalam pengambilan contoh daun adalah penting, karena hasil dari pengambilan contoh daun akan sangat berpengaruh pada jenis pupuk dan dosis pupuk yang akan diberikan kepada tanaman nantinya.
Pemakaian tenaga kerja pengambilan contoh daun ini sebaiknya menggunakan tenaga kerja yang sama setiap tahunya. Adapun kriteria yang dapat dijadikan sebagai dasar pemilihan tanaga kerja pengambilan contoh daun, yaitu :
a. Jujur, disiplin dan bertanggung jawab.
b. Memiliki ketelitian dan kesabaran.
c. Mampu membaca, menulis dan menghitung dengan baik dan benar.
d. Memiliki kondisi fisik yang sehat dan kuat.
2. Sosialisasi Teknik Pengambilan Contoh Daun
Sosialisasi merupakan pekerjaan memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang prosedur pengambilan contoh daun kepada pekerja di lapangan. Sosialisasi ini dilakukan secara terus-menerus setiap kali akan ada periode pekerjaan pengambilan contoh daun. Hal-hal penting yang harus dipahami oleh pekerja sebelum melakukan pengambilan contoh daun meliputi penentuan pohon contoh, penentuan pelepah contoh dan penentuan daun contoh.
a. Pohon Contoh
Dalam budidaya perkebunan kelapa sawit dikenal dua sistem pengambilan contoh daun, yaitu sistem ancak tersebar dan sistem sentral. Pada sistem ancak tersebar, pohon contoh tersebar merata diseluruh unit (Gambar 1), sedangkan pada sistem sentral pohon contoh tersebut terpusat pada wilayah tertentu yang dianggap dapat mewakili kondisi satu kesatuan contoh daun keseluruhan (Gambar 7).
Berdasarkan analisa di lapangan sistem terpusat dapat menghemat waktu pengambilan hingga separuh dari pada sistem ancak tersebar, hal ini disebabkan oleh karena jarak antara pohon contoh tidak saling berjauhan sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya. Namun, pada saat ini PT. Swakarsa Group menerapkan sistem ancak tersebar karena bentuk topografinya yang didominasi areal bergelombang hingga berbukit sedangkan sistem sentral hanya dianjurkan pada tanaman dengan topografi datar hingga berombak dan kondisi tanaman yang homogen.
Ket : = Pohon contoh
Gambar 7. Pohon-pohon contoh dengan sistem sentral
Gambar 6. Pohon-pohon contoh dengan menggunakan sistem tersebar
Dalam penerapan sistem ancak tersebar yang dilakukan oleh PT. Swakarsa Group terdapat sedikit perbedaan dengan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (1999), dalam hal menentukan interval baris contoh daun.
Pedoman penentuan pohon contoh yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit berdasarkan pada intensitas contoh yang disesuaikan dengan luas blok yang terdapat ± 30 pohon contoh di dalamnya. Misanlya jika luas blok 45 hektar dengan populasi 6.435 pohon maka penentuan pohon contoh menggunakan ketentuan 10 x 18 atau jarak antar pohon contoh 10 pohon dan jarak antar barisan contoh 19 baris tanaman. Sehingga 1 pohon contoh dapat mewakili 1,5 hektar.
Adapun pedoman penentuan letak dan jumlah pohon contoh yang digunakan di PT. Swakarsa Group adalah sebagai berikut :
1). Penentuan Pohon Contoh Dalam Barisan
a. Pohon contoh ke-1 dimulai dari sebelah Timur-Utara blok, baris ke-3, pohon ke-3.
b. Pohon contoh ke-2 dihitung 10 pohon dari pohon ke-3 (pohon ke-13).
c. Pohon contoh ke-3 dihitung 10 pohon dari pohon ke-13 (pohon ke-23), dan seterusnya tergantung jumlah pohon dalam satu baris.
2). Penentuan Baris Contoh Dalam Blok
a. Baris pohon contoh pertama dimulai dari baris ke-3, sebelah Timur-Utara blok.
b. Baris contoh ke-2 dihitung 12 baris dari baris pohon contoh pertama (baris ke-15).
c. Baris contoh ke-3 dihitung 12 baris dari baris contoh ke-2 (baris ke-27), dan seterusnya berinterval 12 baris dari baris contoh sebelumnya.
Pohon yang tidak memenuhi persyaratan pohon contoh tidak boleh dijadikan sebagai pohon contoh. Adapun criteria pohon contoh adalah sebagai berikut :
1. Pohon normal.
2. Pohon tidak berada di pinggir jalan, rel, sungai, parit/ perumahan.
3. Pohon bukan merupakan pohon sisip.
4. Pohon tidak terserang hama dan penyakit (abnormal).
5. Pohon tidak bersebelahan dengan pohon mati.
6. Pohon tidak miring ditanah normal.
Pohon tidak memenuhi syarat pohon contoh diganti dengan pohon sebelahnya dalam satu baris. Bila tidak ada, pilih dibaris lain yang terdekat.
b. Pelepah Contoh
Pelepah kelapa sawit mempunyai dua jenis arah spiral yaitu, spiral kiri dan spiral kanan. Arah spiral kanan yaitu mengarah dari bawah ke atas ke arah kanan, sedangkan arah spiral kiri yaitu mengarah dari bawah ke atas ke arah kiri (Gambar 8). Pemahaman akan arah spiral ini penting karena aakan berpengaruh pada letak pelepah contoh.
(a)
Gambar 8. a. Pohon arah spiral ke kiri (b)
b. Pohon spiral ke kanan
Pelepah contoh adalah pelepah yang akan diambil dari pohon contoh. Pada umumnya penentuan pelepah yang digunakan adalah pelepah ke-9 untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pelepah ke-17 untuk tanaman menghasilkan. Menurut Lubis (2008), mengatakan bahwa pelepah ke-9 ataupun ke-17 merupakan indikator yang sensitif atas perubahan yang terjadi dalam status hara. Oleh karena itu, pengenalan letak pelepah ini harus diketahui dan dipahami oleh para pekerja agar tidak terjadi kesalahan. Adapun pedoman penentuan pelepah contoh adalah sebagai berikut :
1. Daun pertama adalah daun termuda, yang ditunjukan dengan telah terbukanya helai anak daun seluruhnya. Adapun ciri-cirinya pelepahnya masih berbulu, belum terdapat duri, dan biasanya pelepah tersebut lebih tinggi dibandingkan pelepah dibawahnya.
2. Setelah daun ke-1 ditentukan, maka daun ke-9 berada dibawah daun ke-1. Apabila dilihat dari pelepah ke-1, maka letak daun ke-9 berada agak di sebelah kiri dari daun ke-1 untuk arah spiral ke kanan, atau terletak agak di sebelah kanan dari daun ke-1 untuk arah spiral ke kiri.
3. Setelah daun ke-9 ditentukan, maka daun ke-17 berada disebelah bawah daun ke-9. Apabila dilihat dari daun ke-9, maka letak daun ke -17 berada agak disebelah kiri daun ke-9 untuk arah spiral ke kanan, dan terletak agak di sebelah kanan dari daun ke-9 untuk arah spiral ke kiri.
4. Pada pelepah ke-17 dikait dengan gantol untuk mengambil contoh anak daun, namun apabila pohon contoh terlalu tinggi maka pengambilan dilakukan dengan cara memotong pada pangkal pelepah menggunakan egrek.
c. Daun Contoh
Daun contoh merupakan helaian daun yang berasal dari pelepah ke-9 (pada tanaman umur 1 – 3 tahun) dan ke-17 (pada tanaman umur > 3 tahun), dan diambil sebanyak 4 helai. Helaian daun yang diambil adalah 2 anak daun sebelah kiri “duri manis” (ujung menyempit pelepah), dan 2 anak daun di sebelah kanan “duri manis” (Gambar 11). Helai anak daun yang telah diambil kemudian dipotong sepertiga bagian dari ujung daun dan sepertiga bagian bawah dibuang dengan memotong pakai pisau/gunting. Bagian helai daun yang diambil adalah sepertiga bagian tengah dengan panjang ± 15 cm.
Gambar 11. Letak “duri manis” pada pelepah kelapa sawit
3. Pengawasan
Dalam setiap pekerjaan, faktor pengawasan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga kualitas suatu pekerjaan. Dalam pekerjaan pengambilan contoh daun pengawasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan secara langsung dan pengawasan tidak langsung (sesaat setelah pekerjaan pengambilan contoh daun selesai).
Pengawasan secara langsung dapat dilakukan dengan cara mendampingi pekerja saat melakukan pengambilan contoh daun. Dengan cara ini, maka apabila terjadi kesalahan pengambilan contoh daun dapat langsung ditangani dan diberikan arahan teknik pengambilan contoh daun yang benar. Namun pengawasan dengan cara ini dapat berdampak negatif terhadap kinerja pekerja, yaitu munculnya rasa grogi atau tidak percaya diri, apalagi pada pekerja yang masih baru.
Adapun pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan sesaat setelah pekerjaan pengambilan contoh daun selesai. Tujuannya adalah untuk mencegah munculnya rasa tidak percaya diri pekerja yang bias menyebabkan terjadinya kesalahan pengambilan contoh daun. Namun kelemahan dari cara ini adalah kesalahan tidak dapat langsung ditangani saat itu juga dan jika terjadi kesalahan maka kegiatan pengambilan contoh daun harus diulang. Pengawasan sesaat setelah pekerjaan pengambilan contoh daun dapat diterapkan apabila tenaga kerja sudah benar-benar terampil dan mengerti teknik pengambilan contoh daun dengan baik.
6. Kesimpulan
Oleh karena itu, untuk menjamin ketepatan pengambilan contoh daun di lapangan, yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan adalah memastikan kualifikasi pekerja benar-benar bias diandalkan serta meningkatkan pengawasan dilapangan. Sehingga rekomendasi dosis pupuk tanaman kelapa sawit sesuai dengan kebutuhan tanaman.